Selasa, 29 Mei 2012

gear rasio smash

Gear Rasio Smash 110 dan Shogun 125


Dibandingkan Suzuki Shogun 125, nafas Smash 110 terbilang pendek. Terutama saat tuas persneling ada di posisi gigi 1, 2 dan 3. Wajar aja kalau top speed kalah cepat, bahkan terkadang terjadi penuruan tenaga di putaran tengah.
Padahal jika ingin membandingkan tenaga dari besarnya volume silinder, selisihnya cuma sedikit, yaitu 15 cc. Artinya ada salah satu komponen di Smash yang dibikin berbeda dari yang dimiliki Shogun 125.“Itu karena rasio girboks punya Shogun 125. Sedikit lebih berat daripada punya Smash. Keuntungannya, meski tarikan awal kurang responsif namun jarak tempuh atau nafasnya lebih panjang. Makanya disukai pemilik motor yang biasa jalan di trek panjang,” ujar Hidayat alias Kaka mekanik Kaka Motor.
Dilansir Kaka, perbedaan mencolok gir rasio diketahuinya saat bapak 1 anak itu menghitung jumlah rasio yang dimiliki Shogun 125. Dan dari hasil hitungan, didapat kalau rasio gigi 1, 2 dan 3 lebih berat. Meskipun pada final gir atau gigi ke-4, jumlah matanya sama.
Perbandingan Gear Rasio Smash 110 
Gigi 1  (11/33), 
Gigi 2 (16/30), 
Gigi 3 (19/26), dan 
Gigi 4 yaitu (19/20). 

Perbadningan Gear Rasio Shogun 125 
Gigi 1 (11/32), 
Gigi 2 (14/25),
Gigi 3 (17/22), dan
Gigi 4 sama persis yaitu (19/20).
“Dari bedanya perbandingan, saya coba pasang girboks utuh punya Shogun 125 ke Smash 110. Hasilnya memang naik drastis.
Tak hanya itu, pemasangan gir rasio Shogun 125 seharga kurang-lebih Rp 800 ribu ke Smash 110 pun tak banyak ubahan. Mengingat panjang poros gir rasio juga diameter masing-masing gir sama persis, walaupun yang membedakaan adalah jumlah matanya.
Bagi yang ingin beli gir rasio satuan juga tidak dilarang bila ingin ganti gir tanpa poros. Apalagi harga gir rasio per buah diperkiraan tidak lebih dari Rp 100 ribu, dan itu tergantung dari besar mata gir.
Disarankan sih beli satu set. Sebab gir pinion yang menyatu dengan poros girboks jumlah matanya berbeda. Belum lagi kaki-kaki di gir rasio beda panjang ketimbang punya Smash 110 yang lebih pendek. Sehingga sulit menyatu waktu gigi saling bertemu setelah digeser drum pemindah.

bore up jupiter

Bore Up Silinder Jupiter-Z? Ikuti Dengan Bore Up Knalpot!

 
 Diameter lubang dudukan knalpot diperbesar biar lubang exhaust juga bisa diporting lebih besar

Pasca bore up liner silinder Yamaha Jupiter-Z hingga 200cc ke atas, kendalanya diameter lubang exhaust justru menyempit. Apalagi jika pasang payung klep aftermarket yang rata-rata diameter 34/28 atau 34/30. Akibatnya aliran gas buang nggak lancar akibat tercekik.

“Itu karena diameter lubang exhaust standar Jupiter-Z cuma 20mm. Kalaupun bisa diporting, paling gede diameternya cuma sampai 25mm. Sebab lingkar luar pipa knalpot aftermarket rata-rata berdiameter 28mm,” ucap Chandra Soepandi pemilik bengkel bubut Master Tjendana.

Biar aliran sisa gas bakar makin lancar dilepas knalpot mesin kapasitas besar, Chandra kini punya solusi. Yang dilakukan membesarkan diameter lubang dudukan knalpot asli. Sehingga pipa knalpot besar bisa dipasang. Juga bisa bikin gede diameter exhaust.

Keuntungan bore up pakai metode ini karena sisa gas bakar dilepas sempurna. “Apalagi menurut buku panduan korek karangan Abraham Bell, biar nggak ada hambatan aliran di ruang bakar mestinya lubang knalpot harus lebih besar dari diameter lubang exhaust,” imbuh si necis.

Atas dasar itu, Chandra coba modifikasi seputar lubang dudukan knalpot di head Jupiter-Z. Lubang asli diameter kecil, dibantu mesin bubut jadi lebih besar.

Pembesaran lubang dudukan knalpot tetap pada posisi lingkar asli. Tidak miring kanan, kiri, atas atau bawah. Saat pasang knalpot aftermarket pipa lebih besar, kedua baut bisa dipasang mengikat penjepit pipa knalpot tanpa ragu.

“Besarnya lingkar luar bisa untuk knalpot diameter 32mm, sehingga lubang exhaust bisa diporting mulai diameter 25mm hingga 28mm. Ukuran menyesuaikan mau mekanik peracik mesin,” lanjut Chandra yang patok harga modifikasi ini Rp 300 sudah termasuk paking albronze.

Selain ubah lubang dudukan knalpot, Chandra juga punya knalpot aftermarket dimeter 32mm. Wah!



Albronze Kurangi Turbulensi

Mengurangi turbulensi di antara lubang exhaust dan pipa knalpot pasca pembesaran lubang dudukan knalpot, Chandra juga melengkapi ubahan ini dengan memasang paking tambahan yang bukan dari material biasanya. Sehingga sisa gas bakar yang dialiran melalui lubang exhaust. Benar-benar lancar tanpa tekanan berarti.

Kali ini meterial dasar paking atau penutup celah agar tidak bocor yang tepat adalah bahan albronze. Sehingga meski sudah terjepit oleh knalpot, namun kondisi paking masih tepat alias tidak bergeser pada posisinya. Sehingga diyakini tidak ada lekukan pada paking yang bisa menyebabkan turbulensi.

“Kalau gunakan paking biasa, takutnya saat dijepit knalpot malah jadi gepeng hingga meneyebabkan terjadi penyempitan. Aliran gas buang pun malah bisa nggak lancar,” wanti Chadra dari Jl. Pagarsih. No. 146, Bandung.